Hampir seluruh kajian pemikiran maupun filsafat masih terus
bergumul di kisaran kemanusiaan. Tak sedikit di antaranya harus
mengalami kesimpulan patah, diakibatkan ketidak sanggupannya mengungkap
misteri kemanusiaan.
Pun dengan apa yang sedang dan terus kita alami dewasa ini.
Sisi kemanusiaan dalam bingkai bernusantara kian dibincang dengan ragam
kalimat-kalimat penjelas.
Sebutlah hari ini ketika dunia sedang dibuat linglung
akibat ulah sekelompok orang yang hendak memaksakan hasrat ideologisnya.
Lalu menjadikan sekian banyak manusia tak berdosa harus menjadi korban
kebiadaban itu.
Karena dalih_bukan dalil_ ingin menyeragamkan paham
keagamaan, selainnya terdikotomi sebagai kelompok yang tak layak
menghirup udara segar di alam syurga. Jelas ini sebuah ironi di tengah
sandaran filosofi kebangsaan kita yang mengajarkan pentingnya membumikan
pesan kemanusiaan yang adil dan beradab.
Pandangan ini bukan hanya keliru. Tapi juga sedang
mencabik-cabik warisan kebhinnekaan sebagai organ fundamental di Negara
ini. Dengan begitu, seluruh anak bangsa mestilah melihat fenomena ini
sebagai alamat buruk masa depan negeri kita. Sebab harmoni kemanusiaan
telah menjadi runtuh sedemikian rupa.
Kita percaya, agama manapun takkan pernah mengajarkan
kebiadaban. Agama manapun tak pernah mewariskan kekejaman. Sebaliknya,
setiap agama menjanjikan ganjaran kebaikan bagi penganutnya.
Dengan alas pikir harmoni untuk kemanusiaan, tugas kita
tidak untuk saling menebalkan lapisan kebencian. Yang terpenting, kita
sedang saling berlomba mempersembahkan sikap terbaik atas nama keluhuran
agama masing- masing. Bukan karena semua agama sama. Tapi semua agama
mengajarkan jalan keselamatan masing-masing dengan cara yang
berbeda-beda.
Harmoni Untuk Kemanusiaan merupakan keniscayaan peradaban
yang memungkinkan semua kelompok dapat bergerak sempurna dengan
kebebasannya.
Akhirnya, hidup dalam kerukunan itu tidaklah cukup. Sebab
setelah itu, tugas bersama untuk menjadi bagian dari ikhtiar melindungi
kebebasan beragama dan berkeyakinan. Apakah kita telah menjadi bagian
dari ikhtiar itu?
Terbit di Harian Radar Sulbar
Terbit di Harian Radar Sulbar
Komentar