Langsung ke konten utama

Postingan

Menampilkan postingan dari 2015

Susu Formula = Pembunuhan Berencana

Kunjungan Kerja Pansus DPRD Sulbar terkait Ranperda Pemberian Air Susu Ibu (ASI) Eksklusif punya cerita sisi lain. Pasalnya, kedatangan dengan maksud ‘berguru’ ke provinsi kakak tertua, Sulawesi Selatan justeru berbuah pengayaan mendalam terkait pentingnya kepedulian semua pihak terhadap ASI. Bukan hanya dalam timbangan yuridis belaka. Betapa tidak, ihwal terkait ASI rupanya juga telah masuk dalam daftar musuh besar konspirasi bisnis kelas kakap. Sebab diakui, dengan fokusnya ibu menyusui anaknya secara eksklusif bakal mampu menurunkan omzet dari usaha produksi susu formula. Kepala Bidang Bina kesehatan Masyarakat Dinas Kesehatan Sulsel, dr. Andi Mappatoba membeberkan, bisnis susu formula sesungguhnya sangat mengerikan. Sebab hanya mengejar keuntungan demi keuntungan. Sementara pertimbangan kemanusiaan, justeru dinihilkan. “Kalau ada Ibu yang lebih memilih susu formula dari pada memberikan ASI eksklusif kepada bayinya, itu artinya si Ibu telah melakukan pembunuhan secara berencana,”

ASI; Pintu Masuk Penguatan Kualitas Anak Bangsa

Air Susu Ibu (ASI) tak sekedar kewajiban seorang ibu menyusui bayinya. Namun juga merupakan pintu masuk menentukan masa depan anak bangsa. Inilah entry point dari pertemuan sejumlah anggota DPRD Sulawesi Barat dengan pihak Dinas Kesehatan Provinsi Sulawesi Barat, Kamis 22 Oktober 2015. Bahkan, agenda "membumikan" ASI ini bakal memiliki payung hukum dalam bentuk peraturan daerah (Perda) Pemberian ASI Eksklusif bagi anak. Anggota Pansus dari PKS, Abdul Latif Abbas mengemukakan, ASI merupakan hal yabg acapkali dianggap sepele. Sehingga memerlukan perhatian khusus serta dukungan penuh dari semua pihak. "Tujuan utamanya memang kita ingin agar ASI ini benar-benar diseriusi. Agar ke depan kualitas hidup itu anak-anak bangsa dapat benar-benar berkembang secara cerdas dan sehat," kata Abdul Latif yang juga ketua Badan Legislasi DPRD Sulbar. Sayangnya, ikhtiar ini bukan berarti tak menuai kendala. Gempuran kapitalisme serta takluknya kaum perempuan pada dunia fashion turut

Agar Daya Sentak Perempuan Menggema

Catatan dari Dialog Publik KORPS HMI WATI Cabang Mamuju (2) Perjuangan perempuan demi sebuah tuntutan kesetaraan harus diakui masih belum menukik tajam. Jika tak ingin disebut masih terseok-seok dalam pusaran wacana semata. Dalam konstruksi wacana sosial, kata Pip Jones (2003), perjuangan emansipasi perempuan dimantapkan sebagai bagian tak terpisahkan dari lanskap pemikiran sosiologi. Gerakan ini juga sering dinamai dengan perjuangan 'gelombang kedua'; yang mulai dikonstruksi untuk menjelaskan pengalaman spesifik menuju pencapaian emansipasi perempuan.  Persoalannya, daya sentak dalam wacana itu belum sepenuhnya mengalami pembuktian sahih dan serentak. "Bahkan bukan hal keliru jika kita menganggap agenda ini hanya berputar di pusaran kota saja. Coba kita lihat, mana ada kelompok perempuan di kampung yang tersadarkan akan pentingnya suara politik mereka. Ini sekedar contoh saja," ucap wakil Ketua DPRD Mamuju, Irwan SP. Pababari yang tampil sebagai pembic

Pemberdayaan Perempuan, Perjuangan Setengah Hati ?

Catatan dari Dialog Publik KORPS HMI WATI Cabang Mamuju (1) Pagi jelang siang, waktu itu, pilihan dominan warga urban acapkali dihabiskan untuk bersantai ria, bercengkerama dengan keluarga terdekat. Pun tak jarang diramaikan dengan berbagai event berjenis entertainment.  Tapi kali ini tidaklah demikian. Suasana Minggu (03/05) kemarin benar-benar menjadi arena pergumulan ide dan gagasan dari sejumlah kumpulan mahasiswa maupun mahasiswi. Mereka yang tergabung dalam organisasi KOKATI HMI Cabang Manakarra berinisiatif menggelar Dialog Publik bertajuk 'Pemberdayaan Perempuan; Setengah Hati???' di Warkop M'Coffee Jl. Cik Ditiro Mamuju. Diskusi ini rupanya hendak melumasi kembali energi perjuangan kaum perempuan yang hingga kini masih terus saja berada pada posisi sosial 'dinomorduakan'. Kata Udin Mandegar, mengawali dialog itu, Pemberdayaan Pemrempuan bukan lagi menjadi barang langka dalam percaturan pembangunan bangsa saat ini.  "Sekarang ini, isu

Mamuju Tengah Tak Boleh Lengah

Catatan dari Coffee Morning DPRD Sulbar Kabupaten Mamuju Tengah kini terus beranjak pada nafas kemajuan pembangunan. Daerah yang baru dimekarkan 14 Juli 2012 lalu ini, kian menunjukkan geliat perputaran ekonomi. Baik dikarenakan peran sejumlah perusahaan Sawit, juga disebabkan faktor etos kerja warga disana. Aura itu jelas terlihat dari sejumlah pejuang serta para pejabat yang kini terus berjibaku membuktikan janji kemakmuran bagi rakyat saat digelar diskusi terbuka yang dikemas dalam bentuk Coffee Morning DPRD Sulbar di Warkop Sapo Kopi, Bentang Kayumangiwang, Mamuju Tengah, Senin (27/04). Dari bincang-bincang berciri khas warkop itu, sejumlah permasalahan menyeruak. Satu demi satu keluhan, ketimpangan, keterbatasan serta deret kata berkonotasi negatif saling bertautan antara satu dengan lainnya.  "Perjalanan Mamuju Tengah hingga menjadi Kabupaten yang utuh patut diapresiasi dengan baik. Kemajuan demi kemajuan kita sudah rasakan secara bertahap. Kalau dulu kita ha

Mengurai Kebijakan Kesehatan di Majene

Boleh jadi, kesehatan lebih nyaman ‘diparkir’ di halaman takdir Ilahi. Lalu dengan anggapan itu, upaya penanganannya pun tak terpaksa melingkar dalam bentuk yang serba padat regulasi. Namun di situlah sumbatan utama mengapa kebijakan kesehatan di negara dunia ketiga acap kali diposisikan terpinggir. Setidaknya, asumsi di atas juga makin kuat saat penulis mengikuti lokakarya Monitoring Result for Equity System (selanjutnya disebut MoRES) yang diprakarsai oleh Dinas Kesehatan Majene bekerjasama dengan Unicef, pekan lalu. Dalam lokakarya itu, ada banyak klaim kesuksesan gugur seketika saat disajikan 6 jurus faktor determinan untuk menangkap frame persoalan sebenarnya. Di Puskesmas Ulumanda misalnya, sektor sarana dan prasarana baru mencapai 12,5 persen. Sementara dari sisi ketersediaan Sumber Daya Manusia (SDM), masih berada di kisaran 30, 8 persen. Aspek geografis juga memberi kontribusi cukup besar terhadap potensi AKI dan AKB di Majene. Terbukti baru 6 persen capaian

Sekomandi, Catwalk dan Media Fashion

Catatan dari Indonesia Fashion Week 2015   Saat ini, penelusuran hasil cipta-karsa khas tiap-tiap daerah di Nusantara sedang gencar dilakukan. Setelah diakui bahwa kebesaran suatu bangsa hanya dapat terwujud nyata saat kesadaran akan identitas budaya benar-benar diseriusi pola penggarapannya. Salah satu hasil karya seni di Sulawesi Barat adalah kain Sekomandi. Hasil karya yang berasal dari Kalumpang dan Bonehau itu, selain karena memiliki daya pikat keunikan, juga dikarenakan narasi kearifan lokal yang ikut tersulam. Terdapat beberapa motif Sekomandi, yakni: Ulu karua kaselle. Motif ini menggambarkan 8 penguasa setiap kampung sebagai dewan adat yang merupakan pilar. Yaitu To baraq Pondan, To baraq Timbaq, To  baraq Lolo, To pakkaloq, To Maq Dewata, Totumado, Tomakaka, dan To Kamban. Ada juga motif Leleq sepu. Motif ini merupakan lambang persahabatan dan kekeluargaan. Sedang motif Tomoling merupakan lambang tawakkal (kepasrahan) kepada Tuhan. Adalah Mahdalia Makkulau, sala

SIPBM; Tali Tasbih Kebijakan di Sulbar

Bicara pembangunan hari ini, seabrek gagasan serta ide saling bertemu dalam berbagai forum baik formal maupun informal. Sedemikian menggiurkannya, hingga objek perbincangan yang khas bertema pembangunan plus kebijakan publik itu kerap melibatkan banyak pihak. Untuk tak menyebutnya telah terlanjur serampangan dibincangkan. Sesungguhnya hal ini tidaklah prinsip untuk diperdebatkan lebih lanjut. Namun yang menjadi pertanyaan adalah sejauh mana tindak lanjut dari seluruh konten bertema pembangunan itu bakal berujung? Ataukah masih harus kandas dalam lanskap pemikiran saling menggerutu dan meratapi antar stakeholder? Sekujur tubuh tulisan ini hendak kembali menyambungkan semangat dan kreativitas sejumlah anak-anak muda di Sulawesi Barat yang secara berkesinambungan, untuk mengentalkan makna pembangunan sebenarnya. Pun hendak memberi penegasan sahih bahwa untuk bicara masa depan, kita butuh cerminan masa lalu. Atau sekurang-kurangnya kita mendambakan pijakan yang jelas agar tak