Langsung ke konten utama

Postingan

Menampilkan postingan dari April, 2015

Mamuju Tengah Tak Boleh Lengah

Catatan dari Coffee Morning DPRD Sulbar Kabupaten Mamuju Tengah kini terus beranjak pada nafas kemajuan pembangunan. Daerah yang baru dimekarkan 14 Juli 2012 lalu ini, kian menunjukkan geliat perputaran ekonomi. Baik dikarenakan peran sejumlah perusahaan Sawit, juga disebabkan faktor etos kerja warga disana. Aura itu jelas terlihat dari sejumlah pejuang serta para pejabat yang kini terus berjibaku membuktikan janji kemakmuran bagi rakyat saat digelar diskusi terbuka yang dikemas dalam bentuk Coffee Morning DPRD Sulbar di Warkop Sapo Kopi, Bentang Kayumangiwang, Mamuju Tengah, Senin (27/04). Dari bincang-bincang berciri khas warkop itu, sejumlah permasalahan menyeruak. Satu demi satu keluhan, ketimpangan, keterbatasan serta deret kata berkonotasi negatif saling bertautan antara satu dengan lainnya.  "Perjalanan Mamuju Tengah hingga menjadi Kabupaten yang utuh patut diapresiasi dengan baik. Kemajuan demi kemajuan kita sudah rasakan secara bertahap. Kalau dulu kita ha

Mengurai Kebijakan Kesehatan di Majene

Boleh jadi, kesehatan lebih nyaman ‘diparkir’ di halaman takdir Ilahi. Lalu dengan anggapan itu, upaya penanganannya pun tak terpaksa melingkar dalam bentuk yang serba padat regulasi. Namun di situlah sumbatan utama mengapa kebijakan kesehatan di negara dunia ketiga acap kali diposisikan terpinggir. Setidaknya, asumsi di atas juga makin kuat saat penulis mengikuti lokakarya Monitoring Result for Equity System (selanjutnya disebut MoRES) yang diprakarsai oleh Dinas Kesehatan Majene bekerjasama dengan Unicef, pekan lalu. Dalam lokakarya itu, ada banyak klaim kesuksesan gugur seketika saat disajikan 6 jurus faktor determinan untuk menangkap frame persoalan sebenarnya. Di Puskesmas Ulumanda misalnya, sektor sarana dan prasarana baru mencapai 12,5 persen. Sementara dari sisi ketersediaan Sumber Daya Manusia (SDM), masih berada di kisaran 30, 8 persen. Aspek geografis juga memberi kontribusi cukup besar terhadap potensi AKI dan AKB di Majene. Terbukti baru 6 persen capaian

Sekomandi, Catwalk dan Media Fashion

Catatan dari Indonesia Fashion Week 2015   Saat ini, penelusuran hasil cipta-karsa khas tiap-tiap daerah di Nusantara sedang gencar dilakukan. Setelah diakui bahwa kebesaran suatu bangsa hanya dapat terwujud nyata saat kesadaran akan identitas budaya benar-benar diseriusi pola penggarapannya. Salah satu hasil karya seni di Sulawesi Barat adalah kain Sekomandi. Hasil karya yang berasal dari Kalumpang dan Bonehau itu, selain karena memiliki daya pikat keunikan, juga dikarenakan narasi kearifan lokal yang ikut tersulam. Terdapat beberapa motif Sekomandi, yakni: Ulu karua kaselle. Motif ini menggambarkan 8 penguasa setiap kampung sebagai dewan adat yang merupakan pilar. Yaitu To baraq Pondan, To baraq Timbaq, To  baraq Lolo, To pakkaloq, To Maq Dewata, Totumado, Tomakaka, dan To Kamban. Ada juga motif Leleq sepu. Motif ini merupakan lambang persahabatan dan kekeluargaan. Sedang motif Tomoling merupakan lambang tawakkal (kepasrahan) kepada Tuhan. Adalah Mahdalia Makkulau, sala