Langsung ke konten utama

Postingan

Menampilkan postingan dari Agustus, 2017

Siapakah Penguasa Masa Kini?

Suatu ketika, Prof. Hamid Awaluddin menuturkan, masa depan dunia terus bergerak pada perubahan yang begitu cepat. Mulai dari kemajuan teknologi yang sangat cepat, meningkatnya kesadaran merawat lingkungan, kesadaran berdemokrasi lintas elemen, hingga kemunculan masyarakat menengah baru. Proses tersebut cukup memberi dampak sistemik terhadap pola dan strategi kekuasaan dalam merespon arus deras gelombang perubahan itu.  Di era masa kini, argumentasi normatif-mekanistik dalam pergumulan sosial tidaklah cukup, kendati hal itu bersumber dari otoritas yang terpercaya. Sebab di zaman ini, manusia tak cukup puas berkompromi dengan jawaban-jawaban serba kaku dan baku. Dibutuhkan story telling yang memadai, terukur dalam medan kekinian.  Perubahan itu tak pelak membuat mekanisme kehidupan pun kian terbuka. Ruang-ruang yang selama ini hanya dapat disentuh oleh kekuatan tertentu, kini dengan mudahnya dapat diperebutkan oleh semua pihak. Objek-objek yang sebelumnya dijalankan dalam suasan

Makrifat Literasi

Dalam sebuah diskusi ihwal Gerakan Literasi di Indonesia, ternyata belum menemukan titik paten untuk mengukur dimana fase literasi ini jamak disemaikan. Padahal, gelombang gerakan literasi kini benar-benar telah mewabah di berbagai pelosok Nusantara. Kehadirannya bak air yang sedang meluber tanpa mengenal sekat. Dalam diskusi itu, saya pun turut serta menjadi bagian yang ragu. Sebab hasil akhirnya hanya menawarkan sebuah hembusan khayali saja. Bahwa pada akhirnya, segala kebaikan takkan pernah berbakhir dengan sia-sia; akan dicatatkan dalam bait-bait puisi yang nantinya bakal menyejarah; hingga penantian akan balasan Tuhan di hari kemudian. Pertanyaannya, adakah yang lebih istimewa dari sekadar hayalan, yang menurut saya relatif melankolis itu? Pertanyaan itu kemudian menemukan jawabannya saat berjumpa dengan sajian Haidar Bagir saat menulis tentang Membaca-Menulis sebagai Gerak Hermeneutik. Ia menjelaskan seputar dunia baca-tulis yang tak sekedar bergerak di medan

Mikroskop

Dalam sebuah perjalanan, saya membaca Majalah yang isinya menyajikan satu cerita menarik; tentang mikroskop dan pesan kebenaran.  Bermula dari seorang pria yang sangat gemar mencicipi makanan berkelas internasional. Baginya, bukan sebuah hal yang luar biasa jika belum sempat menikmati makanan-makanan sejenis itu.  Sebagai pria yang sangat peduli pada higienitas makanan, suatu saat ia mencoba membawa sebuah mikroskop, lalu didekatkan pada makanan yang sangat disenanginya itu.  Betapa kecewanya ia. Sebab makanan yang sangat digemarinya selama ini, ternyata menyimpan banyak bakteri yang menjijikkan. Mikrospkop itu telah membawanya pada suasana batin yang berkecamuk; Apakah ia harus percaya pada hasil kerja mikroskop, ataukah tetap menjadi penggemar makanan internasional itu?  *** Kenyataan seperti di atas, bukan hal yang terlampau asing terjadi dalam kehidupan manusia. Demikianlah proses kebenaran itu dibuktikan. Kehadirannya kadang tak membuat suasana menjadi semakin