Langsung ke konten utama

Postingan

Menampilkan postingan dari Oktober, 2010

PEMILUKADA; BERMARTABAT ATAU KEPARAT?

Setiap momentum pemilukada, setiap kali pula kita menelan rasa pahitnya. Setiap kali KPU mengumumkan pemenang, setiap kali pula, harus diberondong gugatan. Kecurangan di tiap TPS, dugaan politik uang, mobilisasi (atau lebih tepatnya, eksodus) massa, seringkali menjadi senjata ampuh untuk melakukan tidak kekerasan yang berefek pada sobekan horizontal antar pendukung. Lagi-lagi, dampak itu berpulang pada rakyat, yang notabene, hanya dilibatkan dalam keributan massa. Tentu, fakta-fakta yang telah terjadi tidak elok jika hanya dipetakan sebagai dinamika demokrasi sebuah negara berkembang yang sedang meniti identitas kesempurnaannya. Salah satu sebab krusial pada setiap konstalasi politik, ialah sikap pasif publik dalam menerima kehadiran kontestan. Sikap pasif itu ditandai dengan kurangnya minat untuk “menguliti” sang Kandidat secara utuh, dan cenderung menyemplungkan diri dalam kubangan pragmatisme. Bukti nyata dari hal ini, ialah setiap Kandidat hanya dihargai ketika memiliki pasokan f

NARASI PILGUB DAN ISYARAT TERITORIAL

Perhelatan menuju pemilihan Gubernur Sulawesi Barat 2011 mendatang, telah menimbulkan beragam spekulasi politik. Bagi yang mengharapkan munculnya mekanisme baru dalam penataan Sulbar, tentu memberi opsi agar ke depan, dapat ditemukan figur, selain, Gubernur saat ini, Anwar Adnan Saleh. Bukan hanya itu, pemilih opsi ini melihat pesimis akan lahirnya sebuah sistim pemerintahan yang bersih dari praktik-praktik KKN, bila masih harus mempertahankan roda pemerintahan yang saat ini sedang bekerja. Bagi yang lain, mereka tetap mengukuhkan diri pada argumentasi, bahwa sosok incumbent masih sangat diperlukan, apalagi jika dikaitkan dengan terobosan-terobosan jitu yang dilakukannya selama ini. Program perbaikan infrastruktur misalnya, tentu bukan hal yang dapat diremehkan begitu saja. Ibarat hutan belantara, Pak Anwar datang “merobek” jazirah Mandar dan berupaya memolesnya semungil dan seeksotik mungkin, dengan harapan agar rakyat Sulbar tidak melulu menempatkan diri sebagai orang yang d

Kembalikan Pesantren Baruga; Dari Mana Memulainya?

(CATATAN KHUSUS DI HARI YANG KHUSUS) Mengawali catatan ini, izinkan saya menghaturkan ucapan maaf beribu maaf atas ketidakhadiran saya pada reuni alumni tahun ini. Sekaligus memberi selamat hari raya Idul Fitri 1431, semoga kita tergolong dalam kelompok al-Aidin dan al-Faizat . Dalam ketidakhadiran saya tahun ini, terbetik keinginan besar untuk menuangkan setitik pemikiran alternatif sekaligus refleksi atas keberadaan Pondok pesantren tercinta. Secara pribadi, saya termasuk bagian dari kelompok yang dibesarkan dalam beberapa pertautan sejarah tumbuh dan berkembangnya Pesantren yang resmi berdiri sejak tahun 1985 ini. Sejak itu pula, kebanyakan di antara para alumni yang telah “menjadi orang” saat ini, tetap menyimpan memori seorang Nur Salim Ismail, sebagai Sang bocah yang cengeng, yang kemanapun selalu ikut Bapaknya. Ke asrama, bocah kecil itu selalu ikut, jika ada santri dan santriwati yang sakit ataupun kesurupan tetap saja bertindak sebagai “ajudan kecil” di tenga